Yang Indah, 22 Februari.

22 Februari


Seperti bunga yang segera mekar harumnya, ia dipetik karena tidak disukai warnanya. Yang indah, sayu melayu memilih mundur dalam mengejar cinta karena tau cintanya akan sia-sia. 

Bibit-bibit itu bertebaran mencari rumah dimana ia dapat bersinggah dan tumbuh subur. Yang indah, butuh waktu untuk datang kepadaku, membuahi putik, dan membuat aku merasa sempurna untuk tumbuh di muka bumi yang penuh tanda tanya (?)

Seperti halnya cinta yang datang dan pergi, mencari rumah dimana ia bisa tinggal dan tumbuh. Cinta itu tinggal, tidak dibawa ke berpuluh-puluh orang dengan berbagai ungkapan kata-kata.

Aku bertemu dia sebelumnya, tapi aku tidak pernah memilihnya, dan aku menyesal. Biarlah, bara telah menjadi abu, waktu tidak akan memutar kembali menjadi kayu atau bara yang masih menyala.

Aku berusaha menjalani hidup, meski diseberang sana pesta telah lama dimulai.
Penyesalan akan menjadi rasa bersalah yang selalu terhanyut dalam kehidupan, mereka merendam basah kesedihan.

Terkadang aku mulai mencintai kesendirian, memasang tembok sosial pada semak-semak belukar yang menjadi parasit. Aneh, dalam keramaian aku merasa sepi, dalam kesepian aku merasa berwarna. 

Hidup masih terus berjalan, walau merasa tidak akan manula, aku masih bisa bertahan ataupun bangkit untuk membahagiakan orang-orang tercinta.

Bahagia ya? haha
dalam bersedih pun aku akan tertawa,
sepertinya aku bahagia sekalipun bersemayan didalam tulisan-tulisan bertinta hitam.

Comments

Popular posts from this blog

Seni dalam Rupa Manusia

Kisah Cinta Semesta

KALAH