Menunggu pagi sambil menepis ketidakpastian Sampai fajar tertawa melihatnya terpojok kesunyian Kasihan Menulis untuk meratapi Seperti butuh belaian jemari lentik Mengusap rambut Seperti dulu yang ibu lakukan Dan pagi kini telah tiba Mentari hendak menyinari suryanya Hembusan nafas terperongoh Kurang istirahat dada terasa sesak Penuh peluru peluru kata rindu Yang sempat ingin disampaikan Tadinya Enyah sudah harapan Begitu fana memperkukuh keegoisan Sumpah serapah terserah apapun itu Terucap Karena pujangga tak ingin kehilangan syairnya Pujangga Yang memuja muja kalbu Padahal ia tahu itu akan menusuk Namun tetap membentengi dirinya Dengan sejuta kasih sayang dan cinta miliknya Ia tahu ia akan sulit, Tapi ia bertahan Kasihan.