Pujangga yang kasihan

Menunggu pagi sambil menepis ketidakpastian
Sampai fajar tertawa melihatnya terpojok kesunyian
Kasihan

Menulis untuk meratapi
Seperti butuh belaian jemari lentik
Mengusap rambut
Seperti dulu yang ibu lakukan

Dan pagi kini telah tiba
Mentari hendak menyinari suryanya
Hembusan nafas terperongoh
Kurang istirahat dada terasa sesak
Penuh peluru peluru kata rindu
Yang sempat ingin disampaikan
Tadinya

Enyah sudah harapan
Begitu fana memperkukuh keegoisan
Sumpah serapah terserah apapun itu
Terucap
Karena pujangga tak ingin kehilangan syairnya

Pujangga
Yang memuja muja kalbu
Padahal ia tahu itu akan menusuk
Namun tetap membentengi dirinya
Dengan sejuta kasih sayang dan cinta miliknya
Ia tahu ia akan sulit,
Tapi ia bertahan
Kasihan.

Comments

Popular posts from this blog

Seni dalam Rupa Manusia

Kisah Cinta Semesta

KALAH