Tuhan begini kah rasanya mencintai seseorang dengan tulus hati?

July 02, 2020.

Pukul menunjukan 02.00 dini hari disebuah kota elite daerah tangerang, kami bermalam, bersama kata-kata, mesra, canda, juga cinta, tadinya. Sejak aku melihat mu tidur sayu, melayu, memberikan candu untuk senyum baruku, aku pikir aku orang yang paling berbahagia malam ini, ternyata tidak. Setelah notifikasi-notifikasi itu masuk dan meratifikasi kenyataan pait yang harus keterima karena orang ketiga. Sakit memang, rasa-rasanya bagaikan kupu-kupu malam yang terbang serabutan dipenghujung malam. Satu setengah bulan lamanya berjalan dengan orang ketiga, tanpa rasa bersalah. Tuhan begini kah rasanya mencintai seseorang dengan tulus hati? 

Aku tidak bisa menyakiti diri sendiri lagi, aku tidak bisa berbuat se anarki dahulu kembali, aku tidak bisa bertindak bodoh tanpa mempertimbangkan keyakinan, keyakinan aku yang selama ini benar-benar mencintainya. Entah rasanya melankolis sekali hidup ini, terbata-bata penggambarannya, seolah-olah semesta memberi isyarat kepadaku, untuk kembali pada sebuah muara kesedihan. Semua beban tiba-tiba bermunculan minggu ini, tinggal menunggu duka atau bahagia dipenghujungnya(?)

Kadang-kadang idealis itu selalu hadir ditengah-tengah pengampunan, aku yang begitu getir merangkul dendam-dendam yang berpetaka pada sebuah kebencian. Peluru-peluru itu benar-benar merobek jantungku kini, ia berkesan takabur pada izin Illahi. Ah aku tidak tahu kemana tulisan-tulisan ini akan bermuara. 

Tuhan, apa aku tidak pantas mencintai seorang wanita yang benar-benar aku cintai?

Comments

Popular posts from this blog

Seni dalam Rupa Manusia

Kisah Cinta Semesta

KALAH