Esensi Pemusik Cafe
Aku si musisi jalang,
hidup dengan jarang memikirkan uang.
Materi urusan belakang,
urusan bagaimana usahaku merayu Tuhan
Lagu-laguku adalah ilalang,
subur lirikku, merdu gitarku.
Tinggal bagaimana petani menerimaku,
menjadikan aku seperti makanan yang siap dikonsumsi oleh penikmatnya.
Aku tumbuh bersama luka, cinta,
politik, dan narkoba.
Bahagia adalah pilihan setelah jatuh cinta,
setelahnya pemusik memainkan lagu-lagu melayu saja.
Bila patah sayapnya,
Instrumen terasa lirih ditelinga.
Suara menjadi bait-bait puisi melankolis,
yang tidak semapai nadanya untuk di lantunkan.
Aku bersedih diantara pengunjung yang ramai saat itu,
Nada minor bersemayam dalam jemariku.
Bersorak ria, tepuk tangan, sapaan yang hangat,
adalah makanan yang melepas kerinduan penyanyi pada cintanya.
Comments
Post a Comment