Cinta Seorang Sosialis
Aku tidak mengerti
mengapa Tuhan menciptakan aku begitu pesimis diantara orang orang yang gemar bercinta.
Juga menciptakan aku yang begitu melancholic diantara orang orang yang beriang gembira meminum khamer.
Siapa yang menyangka bahwa seseorang mengalami gejala introvert dalam dirinya.
Aku begitu tidak percaya diri ditengah tengah keramaian, dan sebaliknya aku begitu riang diantara tengah malam dan hujan. Kau begitu ingin berada dikeramaian, sedang aku tidak (jika aku disana mungkin karena aku terpaksa).
Aku bersosial karena kebutuhan hidup sebagai manusia (paksaan) tidak lepas dari itu aku tidak bisa ketika aku mati nanti aku berjalan ataupun merangkak kedalam liang lahat. Dan selepas itu semua, kita membawa tanggungan hidup kita masing-masing, mempertanggung jawabkan itu masing-masing, lekas apa yang membuatku tetap bersikokoh bersosial?
Menurutku ada 2 hal kemungkinan. Kemungkinan yang pertama adalah karena ketidakadilan yang akhirnya membuat kita terpaksa membuka mulut mulut kita yang bungkam, dan yang kedua, mungkin karena kita tidak ingin orang lain ikut merasakan apa yang aku rasakan. Dan aku lebih ke yang nomor dua (dalam benakku didalam kamar mandi saat menulisnya).
Menurutku setiap manusia berhak merasakan bahagia (walau aku tidak). Sejatinya kita tidak pernah tahu, apa-apa yang membuat kita jadi begitu lega setelah memberi ataupun berbincang sesaat tentang lelah itu. Pelarian-pelarian seperti itu yang menenangkan aku saat cinta merobohkan kepercayaan diriku. Bahagia itu sudah lama tertanam didalam hidup kita (jika kau baca tulisan ku, "Happiness Flower") cuman memang kita yang lebih suka menempati sisi kedukaan dibanding menyusuri rongga bahagia.
Begitu juga cinta, perihal bagaimana seseorang teguh mempertahankan kedudukannya diatas egoismenya. Walaupun Thucydides pernah berbicara tentang teori "Hukum Rimba" dari yang ku baca. Tetapi keyakinan dalam cinta itu mengtandaskan teori-teori filsafat. Atau aku yang punya keyakinan bahwa cinta itu memang abadi.
"Mencintainya itu seperti keyakinan,
sama halnya seperti membicarakan tentang iman,
keyakinan itu tidak dapat di ganggu gugat."
Tanpa pengecualian
"Cinta itu dapat membesarkan, ataupun membuat jiwa dan raga seseorang melarat."
Mereka yang tidak percaya cinta akan lebih suka mengasingkan diri daripada bertemu dengan pasangan-pasangan romansa Sunset di tanah anarki. Sebagian dari mereka akan bersetubuh dengan sesama jenis, yang menyampingkan budaya-budaya Asia demi memuaskan hasrat.
"Aku membenci orang-orang yang tidak mempercayai cinta dan mereka yang lebih memilih jalan mati walau mati itu memang bahagia (bagi orang-orang yang beruntung)."
Tiada ada yang lebih ku segani dari pada firman-firman Tuhan yang tertera pada selembar kertas yang akan dibaca dihari bahagia itu.
"Bismillah"
"Saya terima nikah dan kawinnya."
Kata-kata itu melebihi tulisan-tulisan ku nanti pada akhirnya. Melebihi bimbang diatas segala pesimis dan melancholic ku, Aku menunggu peristiwa itu.
Comments
Post a Comment